WIB
Hal tersebut dikatakan Pendiri Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI), Denny JA menanggapi banyak yang tidak percaya dengan hasil survei pilpres.
“Lihat saja jejak digitalnya. Itulah cara yang paling mudah untuk menilai kredibilitas lembaga survei, juga konsultan politik,” katanya.
Dia lalu menjadikan studi kasus LSI Denny JA, sebagai lembaga survei (dan Quick Count), dan sebagai konsultan politik. “Lihat jejaknya pada Pilpres 2019 saja, pilpres yang paling dekat, yang sudah terjadi,” ujarnya.
Caranya dengan melacak di Google Search, yang bisa dilakukan secara sangat mudah. Misalnya dari berita ketika media mengumumkan hasil resmi KPU Pilpres 2019.
Hasil pencarian didapatkan, KPU mengumumkan di 21 Mei 2019. Atau sekitar 5 Minggu setelah hari pencoplosan. Dalam pemberitaan di Google saat itu, Jokowi-Ma’ruf menang di angka 55,50 persen dan Prabowo-Sandi di 44,50 persen.
Lalu pada berita selanjutnya di Google ditemukan berita dari Kumparan pada 12 April 2019 atau lima hari sebelum hari pencoblosan Pilpres tentang prediksi survei LSI Denny JA. Saat itu, LSI Denny JA menyampaikan prediksi survei, dengan prosentase dalam bentuk interval.
Tertera dalam berita itu, LSI Denny JA memprediksi Jokowi- Ma’ruf menang, dengan range 55,9 persen sampai 65,8 persen. Sementara, Prabowo 34,2 persen sampai 44,1 persen.
LSI Denny JA menjelaskan, mengapa menyampaikan angka dalam interval? Ada tiga variabel yang masih tak pasti harus juga diperhitungkan saat itu. Variabel pertama: masih ada pemilih yang belum menentukan pilihan. Variabel kedua: masih ada pemilih yang sudah memilih tapi masih bisa berubah. Dan ketiga, tak bisa persis diketahui pemilih masing-masing capres-cawapres seberapa banyak yang golput.
Dengan tiga variabel itu, lebih memberikan informasi jika presiksi disampaikan dengan dua cara. Pertama, siapa pasangan yang akan menang pilpres lima hari kemudian. Dua, interval angka hasil akhir pilpres lima hari kemudian. Margin of Error tetap standard 2,9 persen
Jika bandingkan hasil prediksi LSI Denny JA dengan hasil KPU, yang diumumkan lima minggu kemudian. LSI Denny JA mengumumkan 55,9 persen untuk Jokowi, sedangkan hasil KPU 55,5 persen untuk Jokowi. Untuk Prabowo, LSI Denny JA umumkan 44,1 persen. Hasil KPU yang resmi untuk Prabowo ternyata 44,5 persen.
“Selisihnya sangat, sangat dan sangatlah kecil sekali. Selisihnya masih dalam batas margin of error,” ujarnya.
Hal yang sama juga untuk hasil quick count Pilpres 2019. Quick count LSI Denny JA dengan hasil resmi KPU yang datang lima minggu kemudian hanya 0,12 persen.
“Memang ini belum sepenuhnya dimengerti oleh publik luas, kalangan terpelajar sekalipun. Bahwa lembaga survei itu berbeda dengan lembaga konsultan politik,” tambah Denny.
Menurut dia, lembaga survei itu kerjanya hanyalah melaporkan opini publik. Ia hanya merekam opini publik semata. Tak kurang dan tak lebih. Tapi konsultan politik, kerjanya menggunakan data lembaga survei untuk mengubah opini publik itu melalui program-program di lapangan.
Lembaga survei itu dinilai prestasinya dari akurasi data. Tapi konsultan politik dinilai dari kemampuannya memenangkan klien. Itu hanya mungkin jika data survei yang ia gunakan akurat.https://sayurkole.com/